Badan Geologi Kementerian ESDM mengungkapkan
gempa Bekasi
berkekuatan magnitudo 4,7 M diakibatkan oleh aktivitas
Sesar Baribis
. Sementara itu, Direktur Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono menilai penyebabnya yakni dari segmen Citarum.
“Gempa Karawang – Bekasi ini tampaknya bersumber dari aktivitas segmen Citarum (bagian dari West Java back-arc thrust),” kata Daryono melalui X, Rabu (20/8) malam.
Sementara itu, Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Muhammad Wafid mengatakan, menurut analisis parameter, sumber gempa bumi menunjukkan bahwa gempa Bekasi diakibatkan oleh sesar naik pada zona Sesar Baribis.
Lokasi pusat gempa bumi yang terletak pada koordinat 6,52° LS – 107,25° BT di Tenggara Kabupaten Bekasi, berada di darat dengan morfologi wilayah terdekat didominasi oleh dataran, berombak, bergelombang hingga pegunungan.
Litologi penyusun wilayah itu terdiri atas batuan sedimen berumur Tersier, batuan gunung api berumur kuarter, serta endapan aluvium berumur Resen. Batuan yang telah mengalami pelapukan dan/atau sedimen permukaan berpotensi memperkuat guncangan gempa bumi.
“Secara umum, kekerasan batuan permukaan dipengaruhi oleh umur dan jenis batuan. Batuan yang berumur lebih muda atau yang telah mengalami pelapukan mempunyai kekerasan lebih rendah begitu juga sebaliknya,” ujarnya.
Segmen Citarum membentang di wilayah tengah Jawa Barat. Sedangkan Segmen Baribis sesungguhnya berada lebih ke timur, mendekati kawasan Kuningan hingga Cirebon.
Meski begitu, Sesar Baribis dan Citarum merupakan segmen dari gempa sesar naik busur belakang Jawa Barat alias West Java back-arc thrust.
Sesar naik (thrust fault) terletak di bagian belakang busur gunung api (back-arc) Pulau Jawa. Mekanismenya berupa dorongan kompresi yang menyebabkan lempeng batuan terdorong naik, berbeda dengan sesar geser atau sesar normal.
Penelitian ilmiah oleh peneliti asal Universitas de Bretagne Occidentale hingga LIPI pada Juli 2022, mendeskripsikan Java Back-arc Thrust sebagai sistem sesar aktif yang membentang sepanjang bagian belakang busur Jawa, termasuk barat hingga Jakarta.
Mereka menggabungkan data morfotektonik, refleksi seismik, profil resistivitas listrik, kinematik, pengukuran medan struktural, penggalian paleoseismologi, dan penanggalan sedimen.
Hasil penelitian menunjukkan interaksi antara patahan, gunung berapi, dan cekungan sedimen memodulasi perambatan sistem patahan melintang dan sepanjang jurus.
West Java Back-arc Thrust disebut telah aktif sejak ribuan tahun lalu. Mereka menilai, Sesar Busur Belakang Jawa Barat memiliki risiko seismik tinggi yang memerlukan evaluasi risiko yang cermat di sepanjang lintasannya, karena mengancam berbagai infrastruktur di Jawa Barat yang padat penduduk.
Peneliti Pusat Riset Kebencanaan Geologi BRIN Sonny Aribowo mengatakan pada Juli 2024,
Java Back-arc Thrust
aktif di segmen Tampomas ada sejak sekitar 50 ribu tahun lalu sampai saat ini.
“Jejak morfologi (dari data Digital Elevation Model/DEM), sebagai indikasi awal sesar aktif)
Java Back-arc Thrust
ini menerus ke arah barat melewati Subang hingga ke selatan Jakarta dan Bogor,” kata Sonny dikutip dari laman BRIN.
Java Back-arc Thrust itu melewati Cirebon, Indramayu, Majalengka, Subang, Purwakarta, Karawang, Bekasi atau selatan Jakarta dan Bogor.
Dampak Gempa Bekasi Akibat Sesar Baribis atau Citarum
Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Muhammad Wafid menyampaikan, berdasarkan data tapak lokal (Vs30), wilayah terdekat dengan pusat gempa bumi di Bekasi pada Rabu (20/8), diklasifikasikan ke dalam kelas tanah C (Tanah Sangat Padat dan Batuan Lunak), kelas tanah D (Tanah Sedang), dan kelas tanah E (Tanah Lunak).
“Keberadaan kelas tanah yang lebih lunak ini berarti bahwa potensi guncangan gempa bumi di area tersebut bisa terasa lebih intens,” kata Wafid.
Wilayah terdekat pusat gempa itu memiliki kondisi geologi beragam, mulai dari dataran, perbukitan berombak hingga pegunungan.
Merujuk aspek litologi penyusun terdiri atas batuan sedimen berumur tersier, batuan gunung api kuarter, serta endapan aluvium resen dimana batuan muda atau lapuk lebih mudah memperkuat guncangan.
Berdasarkan informasi yang diterima, gempa bumi di Bekasi dirasakan dengan intensitas III-IV MMI (Modified Mercalli Intensity) di Bekasi, dan III MMI di Purwakarta, Jakarta, Depok, Cikarang, dan Bandung. Daerah ini terletak pada Kawasan Rawan Bencana Gempa Bumi Menengah.
“Kejadian gempa bumi ini tidak menyebabkan tsunami, karena lokasi gempa bumi berpusat di darat,” katanya.





